Minggu, 11 September 2016

AKU

                  Sihir. Seakan tidak pernah percaya dengan kata itu. Hanya ada di film-film fantasi dengan latar belakang negeri yang dihuni oleh para peri cantik yang bisa berterbangan mengelilingi pepohonan rindang dan bunga-bunga mekar. Mereka sebut dunia khayal yang diciptakan untuk menghibur anak-anak dan sebagai pengantar tidurnya.
                
                 Hai, namaku Renata Bilqist. Aku berusia 14 tahun dan duduk di bangku kelas 8 semester 2. Aku anak tunggal di keluarga ini. Papa sudah meninggal saat aku berusia 3 tahun karena diabetes. Dan mama tidak berkeinginan untuk menikah lagi. Walhasil aku tak memiliki adik yang bisa mengusir kesepianku sepanjang hari, karena mama sangat sibuk dengan pekerjaannya sebagai wanita karir. Aku sangat senang menggambar. Sesuatu yang tak bisa kita saksikan di dunia nyata, aku gambarkan di atas kertas. Imajinasiku tak pernah padam untuk melukiskan hal-hal yang berbau fantasi. Peri, hewan, tumbuhan dan dunianya sekalipun aku telah gambar berbulan-bulan yang lalu.

                Pagi ini aku pergi sekolah sendirian. Tidak diantar oleh mama seperti biasanya karena mama ada meeting di luar kota dan sudah berangkat sejak subuh tadi. Oh My God, terkadang aku merasa terlantar dengan kerja mama seperti ini. Oke karena waktu terus berjalan jadi aku putuskan untuk segera berangkat saja. Karena jarak sekolah dan rumahku tidak terlalu jauh, jadi aku bisa menempuhnya dengan hanya berjalan kaki. Tentunya dengan sedikit berlari karena sudah sedikit terlambat. Jangan sampai beneran terlambat karena hari ini ada ulangan Bahasa Inggris di jam pelajaran pertama.

                       Koridor ini sangat sepi. Jarang sekali siswa yang berjalan lewat sini karena katanya angker. Terkadang ada yang ranselnya melayang dan banyak lagi kejadian-kejadian aneh di koridor ini. Tapi aku tidak pernah takut lewat koridor ini karena aku tidak percaya dengan hal-hal mistis seperti itu. Lagi pula aku belum pernah menyaksikan kejadian-kejadian itu. Jadi apa yang harus ditakutkan, jangan-jangan mereka cuma ngibul doang. Ketika aku akan berjalan menaiki tangga, tiba-tiba tali sepatuku lepas. Aku berjongkok untuk menalikan kembali tali sepatuku. Tapi aku mendengar ada yang berjalan ke arahku terhenti sejenak dan berjalan lagi. Aku menoleh ke arah belakang, ternyata Kak Viska. Dia siswa kelas 9 terkenal sebagai primadona sekolah karena kecantikannya. Tapi tidak memiliki banyak teman karena dia terlalu jutek dan tak ramah. Langkahnya melambat ketika aku bangkit dari jongkok-ku. Dan tatapannya sangat tajam ke arahku dengan mimik wajah yang sedikit kaget bercampur rasa heran. Aku merasa aneh dan segera membenahi diri. Tapi Kak Viska terus menatapku hingga batang hidungnya menghilang. Dan bel jam pelajaran pertama pun dimulai. Aku langsung berlari menuju kelas.

                           Ulangan selesai. Aku kepikiran lagi kejadian tadi pagi bersama Kak Viska. Dan juga Bu Clara terus memperhatikan aku dengan tatapan aneh selama ulangan tadi. Hari ini benar-benar aneh. Dan rasanya aku ingin bertanya soal itu tapi aku tidak bisa karena aku tidak dekat dengan keduanya.

                 "Ren, kamu dipanggil Bu Clara ke ruangannya" ujar Anita teman sekelasku.
                 "Ada apa, Ta?"
                 "Entahlah, tapi tadi ada Viska loh, kamu ada masalah sama dia?"
                 "Enggak ah" jawabku agak deg-degan.
                 "Ya udah, kamu samperin aja dulu sana" aku pun mengangguk dan beranjak dari dudukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar